Buka Bersama
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
“Barangsiapa memberikan hidangan berbuka puasa bagi yang berpuasa, maka baginya seperti pahala yang berpuasa tanpa mengurangi sedikitpun pahala yang berpuasa” – HR. At-Tirmidzi
Assalamualaikum. Hai … hai … hai … jumpa lagi sama Ibu Kiya di sini. Pagi ini mau bahas tentang 'bukber’ aka buka bersama.
Ramadan dan bukber merupakan dua kata yang saling melengkapi satu sama lain. Bukber menjadi bagian dari euforia ramadan, sementara mayoritas masyarakat kita, melewatkan ramadan tanpa bukber bagai sayur tanpa garam. Ada yang kurang pas begitu barangkali rasanya. Padahal, buka bersama dilakukan waktu puasa sunah pun sah-sah saja kan ya?
Tradisi bukber atau buka bersama ini merujuk pada sabda Rasulullah saw sebagaimana tercantum dalam hadis di atas. Manfaat dari buka bersama sendiri, tentu mengajarkan tentang pentingnya berbagi dan mempererat tali silaturahmi. Namun sayangnya, tradisi bukber di negeri ini sudah semakin luas maknanya, tidak hanya dengan menyediakan makanan bagi saudara seiman di rumah, melainkan dengan mengadakan kegiatan makan bersama di tempat-tempat umum, restoran misalnya.
Percaya atau tidak, euforia bukber ini sudah hadir lebih awal sebelum ramadan tiba. Apalagi untuk mereka yang masih berstatus single alias belum berkeluarga. Jauh-jauh hari sebelum sang tamu suci (ramadan) datang, ajakan bukber sudah lebih dulu menyapa melalui berbagai media komunikasi maupun sosial media yang ada.
Apalagi jika kita tergabung di berbagai komunitas, jadwal bukber pun otomatis padat merayap mengalahkan padatnya antrean pengendara motor di pom bensin menjelang kenaikan harga BBM. Seriously! Lebay memang, tapi ini nyata.
Ngerinya, untuk mereka yang gaul habis,, ajakan yang banyak itu, semua dituruti. Padahal ya, kalau bukber di luar itu sudah pasti kita bakalan melewatkan banyak ibadah yang berlipat pahala, mulai dari shalat Magrib, tarawih, witir, dan dzikir berjamaah di masjid. Duh Mak, betapa sia-sianya masa muda dulu ya? Lebih sayang lagi, itu kejadian dilakukan berulang-ulang setiap kali ramadan datang. Ya Robbi, ampuni hamba.
Beda lagi ceritanya kalau sudah emak-emak seperti sekarang ini. Bukber terasa lebih bermakna karena menikmati bersama kekasih halal dan buah hati tercinta. Ah, Ibu Kiya enggak gaul nih, masa bukber di rumah saja. Emang gak punya squad macam Nia Ramadhani ya? Kalau punya komunitas atau geng gitu kan asyik, tetep bisa bukber dan seseruan di tempat kece bersama teman-teman.
Nah ini nih, ada yang pernah dapat komentar yang serupa? Atau ada yang dianggap sombong oleh teman-temannya hanya karena kita menolak ikut buka bersama? Tenang Mak, kamu tak sendirian.
Gini ya say, sebenarnya emak-emak itu bukannya tidak punya komunitas atau geng. Namun, ini soal prioritas. Para emak lebih merasa bahagia bisa masak di rumah untuk dimakan bersama keluarga tercinta. Kalau toh tidak masak sendiri, dan beli di luar, tetap lebih asyik menikmati bukber bersama anak dan suami.
.
Bukan berarti mereka-mereka yang tidak mau datang bukber ini tidak gaul, sombong, dan tidak mau menyambung tali silaturahmi. Namun, mereka punya keluarga yang harus diutamakan dari sekadar hahahihi. Toh, silaturahmi dengan teman dan komunitas tidak terbatas pada ajang bukber semata kan?
Tak hanya soal waktu yang berkualitas. Pernah suatu ketika seorang sahabat bercerita, ia sebenarnya ingin menghadiri kegiatan bukber yang diadakan teman-temannya, tetapi di sisi lain dia tidak mendapat izin dari suaminya. Belum lagi, jika kegiatan buka bersama diadakan di restoran mewah, padahal kan tidak semua teman di komunitas itu kondisi ekonominya sama. Jangankan mengeluarkan sekian rupiah uang iuran yang harus disetorkan untuk buka bersama, dia sendiri masih harus berjuang membagi uang untuk berbagai kebutuhan yang lebih utama.
Jadi, bagi para emak kece itu, ia akan lebih menikmati buka bersama dengan anak dan suami, daripada berkumpul di luar bersama teman-teman. Meski tak lagi sebebas masa muda kala belum ada tanggung jawab dan kewajiban, ia justru lebih bahagia karena bisa menggunakan momen ramadan yang hanya setahun sekali ini dengan kegiatan yang lebih bermanfaat.
***
Diikutkan dalam May's Challenge : Gratitude Journal Rumbel Literasi Media Ibu Profesional Semarang www.ibuprofesionalsemarang.com
Banyaknya tawaran bukber pas bulan puasa tak jarang bikin kantong jadi jebol. Jika tak dikontrol, keuangan sudah pasti akan berantakan. Tapi tenang, ternyata ada loh tips cerdas untuk menyiasati banyaknya acara bukber di bulan ramadan. Saya nemuin jawabannya di artikel menarik ini: Tips Bukber Anti Boros
BalasHapus