Bulan lalu, tepatnya pada tanggal 22 April kita telah memperingati Hari Bumi Internasional. Peringatan hari bumi dicanangkan oleh Senator Amerika Serikat, Gaylord Nelson, seorang pengajar lingkungan hidup, pada tahun 1970. Pemilihan tanggal 22 April ini bertepatan dengan musim semi di Northern Hemisphere (belahan Bumi utara) dan musim gugur di belahan Bumi selatan.
Sementara itu, PBB merayakan hari Bumi pada tanggal yang berbeda, yaitu tanggal 20 Maret. Tradisi ini dicanangkan oleh aktivis perdamaian bernama John McConnell pada tahun 1969. Bertepatan pada hari di mana matahari tepat di atas khatulistiwa yang sering disebut Ekuinoks Maret.
Hari bumi diperingati di lebih dari 175 negara dan dikoordinasi secara global oleh Jaringan Hari Bumi (Earth Day Network). Tujuan utamanya untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap planet bumi.
Sebagaimana diketahui, bumi yang kita tinggali ini sudah semakin tua usianya. Seperti halnya manusia, jika tidak dijaga dengan baik kesehatannya, maka akan semakin lemah pula fisiknya.
Sudah menjadi isu yang menggemparkan sejak lama, jika kondisi bumi kita semakin hari semakin memburuk kondisinya. Dilansir dari water.usgs.gov, diketahui bahwa ketersediaan air bersih di dunia hanya tersisa 332,5 juta meter kubik.
National Academy of Science bahkan mengatakan, di tahun 2060, Bumi bisa kekurangan air! Sungguh kondisi yang sangat memprihatikan.
Begitu juga yang terjadi di negeri kita tercinta ini. Penebangan pohon dan pembakaran hutan secara liar yang sulit dikendalikan telah mempercepat kerusakan bumi. Hilangnya pepohonan mengakibatkan oksigen semakin menipis, sikap manusia yang tidak peduli lingkungan telah menimbulkan pencemaran air di mana-mana.
Dengan adanya hari bumi, ada harapan besar untuk menyadarkan orang-orang untuk kembali melakukan tindakan-tindakan yang dapat menyelamatkan kehancuran bumi ini. Namun sayangnya, masih banyak masyarakat yang menjadikan hari bumi sebagai perayaan semata.
Sebagai seorang ibu, yang memiliki harapan besar keberlangsungan hidup yang lebih panjang, kita punya peran penting. Menanamkan kebiasaan baik pada anak-anak kita agar dapat memperlakukan bumi sebagaimana mestinya.
Cara yang dapat kita lakukan adalah dengan membiasakan anak untuk membuang sampah pada tempatnya, mengurangi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari, dan melakukan penanaman pohon. Semua itu kita tanamkan sedini mungkin, supaya menjadi habit training, yang tertanam dengan baik sehingga membentuk karakter anak.
Kebiasaan-kebiasaan baik tidak cukup hanya diteladankan, tetapi juga harus dilatihkan pada anak dengan kedisplinan. Pentingnya penanaman kebiasaan baik pada anak sejak dini ini sejalan dengan penjelasan Charlotte Mason, “Hal-hal yang kita kerjakan berulang-ulang meninggalkan semacam kesan di substansi otak kita, dan kesan ini, makin dalam terpatri, membuat kita makin mudah melakukan sesuatu yang kita ulang-ulang itu di kali berikutnya. Entah untuk belajar olahraga sepatu roda, sepak bola, atau yang lain, di semua perkara kehidupan kita, prinsip ini berlaku. Bidang yang terus kita latih akan dapat kita kerjakan dengan mudah, sebaliknya kita bakal berprestasi buruk dalam kegiatan yang jarang kita latih. Inilah hukum kebiasaan, the law of habit.” (Dikutip dari buku Cinta yang Berpikir, karya Ellen Kristi, 2016)
Dengan membiasakan anak membuang sampah pada tempatnya, mengurangi penggunaan plastik, dan melakukan penanaman pohon/ tanaman sejak dini, kebiasaan baik ini dapat terpatri dalam diri anak dan membentuk karakternya hingga dewasa kelak.
Bukan tidak mungkin, kelak mereka akan tumbuh menjadi pionir kebaikan. Dia yang akan berada di garda terdepan dalam menghadapi orang-orang yang merusak lingkungan. Dia pula yang menjadi ujung tombak dalam menciptakan inovasi-inovasi atau kegiatan dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan, demi keberlangsungan peradaban dan kembali hijaunya bumi yang kita tinggali.
Harapan itu masih ada, selama kita mau bergandengan tangan dalam memberikan pengasuhan yang terbaik untuk anak-anak kita.
Tulisan ini diikutsertakan dalam challenge Gebyar Literasi Media bulan April, Rumbel Literasi Media, Ibu Profesional Semarang www.ibuprofesionalsemarang.com .
___
#GebyarLiterasiMedia #RumbelLiterasiMedia #IbuProfesionalSemarang
Kereenn😍😍
BalasHapusSudah jadi rahasia umum yaa orang sengaja bakar hutan untuk buka lahan..Bisa gak sih, dibikin undang2 gitu..dilarang membuka lahan di area bekas kebakaran hutan dalam jangka waktu 30tahun setelah terjadinya kebakaran..entar 30tahun pasti udah jadi hutan lagi tuh hihi
Tengkyu Cyin, sudah mampir di mari. 😍😘😘😘
HapusIya ya, kalau kamu presidennya pasti udah kamu bikin ya, Cyin. Wkwkwkk ... Ayo kita mulai dari apa yang kita bisa. 💪😇