Komprod Day 5 |
Siang hari, setelah pulang sekolah, sudah menjadi kebiasaan teman-teman Kiya main ke rumah. Mereka berlima, lebih seringnya bertiga akan asyik bermain masak-masakan. Kalau sudah bosan, biasanya akan menurunkan buku-buku bacaan dari rak yang sengaja saya letakkan di posisi yang mudah dari jangkauan.
Begitu pula dengan siang ini. Setelah selesai bermain, Kiya sedang asyik bermain kertas di samping saya yang sedang berusaha asyik berkelana bersama tokoh-tokoh dalam buku.
Tiba-tiba ketiga temannya yang tadi sudah pamit pulang kembali datang. Tanpa permisi, tanpa basa basi mereka cekikikan, dan saling tunjuk tanpa kejelasan. Sampai akhirnya, salah satu yang paling besar usia dan perawakannya berkata, “Ibunya Kiya. Tadi Kiya bilang kotor ke Bila.”
“Oh, iya? Bilang apa?” tanyaku berusaha tenang.
“Bilang 'tai’.”
Deg.
Seolah sebuah benda tajam menghujam jantungku. Bukan lebay, tapi serius saya shock, Mak. Karena di rumah kami sangat menjaga ucapan. Mengeluarkan kata jorok sedikit saja kami akan saling mengingatkan. Nah ini? Huhuhuuu … luar biasa, campur aduk rasanya.
Hmmmhh … harus tetap tenang.
Dengan wajah teduh, kutatap buah hatiku, “Benar sayang?” tanyaku masih dengan intonasi rendah, dan seulas senyuman.
“I … ya.” jawabnya dengan pelan.
Tanpa pamit, teman-temannya langsung pergi meninggalkan kami. Fix, harus mengevaluasi jam bermain Kiya di depan rumah ini.
Karena jika di dalam rumah, pasti saya menunggui, tetapi kalau mereka bermain di teras, saya hanya bisa mengawasi dari kejauhan, sambil menuntaskan pekerjaan.
Rasanya ingin meledak, marah, dan langsung melontarkan berbagai pertanyaan.
“Kiya tadi beneran bilang seperti itu ke Mbak Bila?
Diapun mengangguk.
“Kenapa?” tanyaku dengan penuh penekanan.
“Karena Mbak Bila ndak mau main sama Kiya.”
“Kiya tahu kata-kata kotor itu darimana? tanyaku tak sabar.
“Ndak dari mana-mana.” sambil terus menunduk dan ogah-ogahan.
Buntu.
Jika diteruskan hanya akan membuat kemarahan saya semakin memuncak. Akhirnya saya memilih diam, dan kembali membaca. Meski sebenarnya tak bisa berkonsentrasi lagi. Namun, karena ingat materi pengendalian emosi dalam komunikasi produktif, maka mengalihkan kegiatan dengan membaca ini menjadi salah satu pilihan yang mujarab untuk meredam emosi. (Bagi saya)
Tiba-tiba saya ingat, di grup 2 baru saja membahas tentang salah satu cara berkomunikasi produktif dengan 'mengganti pertanyaan yang menginterogasi dengan pernyataan observasi’. Akhirnya mikir otak mencari cara yang tepat untuk menggali kejujuran Kiya.
Setelah waktu berlalu cukup lama, dan Kiya berkali-kali minta maaf (sambil mewek) dan berusaha memeluk tubuh ibunya, kuletakkan buku, dan duduk berhadap-hadapan dengan Kiya.
“Kiya sedih?” tanyaku.
Dia mengangguk dengan butiran kristal bening yang semakin deras mengalir.
“Sedih kenapa? Sekarang ibu pengen dengar Kiya cerita.”
Tak butuh waktu lama mengalirlah cerita secara lengkap, mulai dari sebab hingga rekonstruksi ulang kata-kata yang diucapkannya.
Kalimat, dan cara menyampaikannya sama persis dan tidak asing bagi saya. Lega. Karena Kiya bisa jujur dengan sendirinya, meski sempat ada drama.
Sedih, kecewa, sudah pasti. Namun, sekarang fokusnya bukan menyesali saja, melainkan segera lakukan tindakan scanning seperti yang biasa kami lakukan saat si Kiya baru menyerap sesuatu yang tidak layak untuk ditiru.
Nyata, bahwa anak usia emas itu memang peniru ulung sejati. Meski di rumah kita sudah sangat hati-hati, dengar sekilas di luar saja bisa langsung terduplikasi. 😭😭😭
Jujur, rasanya masih tidak percaya tetapi ini menjadi tamparan dan pelajaran berharga bagi saya untuk lebih baik lagi dalam membersamai perjalanan Kiya yang penuh warna. Terima kasih atas kejujuranmu, sayang. Ke depan kita akan semakin mengeratkan genggaman, semoga Allah SWT selalu melindungi dan memudahkan segala urusan kita. 😇
___
#hari5
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional
#komprod
#komproddengananak
#bunsayjateng4
#onedayonepost
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#Day8
Salam dari alumni bunsay 1 mbak 😀 semangat terus ya 🤗
BalasHapusMakasih mbaaak, sudah mampir di sini. Salim dulu ah, sama senior. Mohon bimbingannya. 🙏😘
HapusDari dulu pengen ikut kelas iip ini, tapi belum juga berjodoh. Alhamdulillah banyak peserta maupun alumni yang mau berbagi, paling tidak bisa ikut menyimak dulu dari postingan emak emak kece ini. Makasih mba untuk tulisan berfaedahnya. 😊
BalasHapusTerima kasih mbak Lia sayang, sudah mampir di sini. Alhamdulillah, jika manfaat. Semoga batch selanjutnya berjodoh ya mbak. 😇😘
Hapus