Oleh Nining Purwanti
Menjadi Pendengar yang Baik |
Orang yang bisa memecahkan permasalahan orang lain, belum tentu bisa menyelesaikan masalahnya sendiri dengan baik.
Halohaaa … siapa yang pernah mendengar kalimat seperti itu, atau paling tidak nyerempet makna meski tidak sama persis rangkaian aksaranya. Hahaaa … itu gue banget gaes. đŸ˜‚
Dulu, zaman masih unyu-unyu alias masih duduk di bangku sekolah aku selalu menjadi tempat pembuangan 'sampah’ emosi yang asyik bagi teman-teman. Menerima curhatan mulai dari masalah receh, persahabatan, percintaan, sampai masalah keluarga yang terbilang berat pun pernah.
Entah dari mana kebiasaan menjadi pendengar yang baik itu kudapatkan, karena di rumah pun aku tak punya sandaran yang bisa diajak bertukar pikiran.
Bagiku, mendengarkan curhatan orang lain itu mengasyikkan. Ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari setiap kisahnya. Ada rasa bahagia saat menyaksikan teman atau lawan bicara kita merasa lega.
Begitulah, terkadang orang tidak butuh nasihat, penilaian ataupun pendapat. Mereka hanya butuh untuk didengarkan. Mereka hanya memerlukan sandaran.
Kembali ke awal, berbicara tentang curahan hati. Seseorang bisa menjadi pendengar yang baik, tetapi belum tentu ia bisa berbagi. Bukan tidak ingin, lebih sering karena tak ada tempat yang nyaman untuknya berkeluh kesah.
Teman curhat terbaik yang kumiliki dulu adalah diary. Semua rasa dari A-Z, bermacam kisah dari indahnya persahabatan, wajah memerah, dan dugeun-dugeun saat bertemu gebetan, hingga hal-hal pelik yang butuh untuk diluapkan semua terangkum dalam diary kesayangan.
Menulis dalam buku harian menjadi rutinitas yang menyembuhkan bagiku. Walaupun jelas tidak ada solusi, tetapi segala rasa yang berdesakan dalam relung hati bisa keluar, menyisakan ruang kosong dan rasa plong. Maka tidak berlebihan jika menulis dikatakan sebagai bagian dari terapi kejiwaan.
Berbeda dengan dulu, kini saat sudah memiliki sandaran hati di sisi, ajang curhat tak lagi terbatas pada corat-coret diary. Ada suami yang dengan rela hati siap menerima rentetan cerita dari sang istri tercinta. Alhamdulillah, bersyukur rasanya bisa memiliki suami yang mau mendengarkan.
Karena kodrat wanita yang diberi kelebihan timbunan kata-kata, memiliki partner bercerita menjadi anugerah yang luar biasa. Tidak! Wanita itu tidak butuh diceramahi, ia hanya ingin dimengerti. Sedikit waktu yang kau beri untuk menjadi pendengar, itu lebih bermakna. Melebihi ungkapan sayang yang kau layangkan padanya berulangkali.
___
#wanita&pena
#10dayschallenge
#RumbelLiterasiMedia
#10dayschallenge
#RumbelLiterasiMedia
#Day02
#komunitasonedayonepost
#odopbatch6
#komunitasonedayonepost
#odopbatch6
Posting Komentar
Posting Komentar