Oleh Nining Purwanti
Dapur Impian |
Halohaaa … hari ini Ibu Kiya kembali lagi. Kali ini mau membahas si jantung hati. Eh, jantung rumah maksudnya. Hihihiii …
Dapur. Bagiku bisa dibilang sebagai jantung rumah. Kok bisa? Yup, karena bagi seorang wanita, wabil khusus setelah menjadi ibu rumah tangga, mau tak mau harus mampu terjun langsung ke dapur, mengolah dan menyajikan menu istimewa untuk suami dan buah hati tercinta.
“Ah, emang wajib ya. Banyak tuh, temenku yang nggak bisa masak tapi rumah tangganya baik-baik saja,” pendapat seorang sahabat.
Hahaaa … memang bukan sebuah keharusan sih, Mak. Ini lebih pada penilaian pribadi saja. Rasanya ada yang kurang kalau seorang wanita tidak pernah menyambangi dapur rumahnya. Ora wangun istilah yang digunakan Simbah.
Oleh karena itu, meski dari kecil aku tidak tertarik dengan dunia masak memasak, menjelang pernikahan mau tak mau mulai belajar. Walaupun olahan makanannya masih kelas amatir, dengan rasa yang kadang bikin ketar-ketir, yang penting mencoba.
Layaknya keterampilan yang lain, semakin sering diasah, dipraktikkan, semakin meningkat kualitasnya. Begitu pula dengan memasak, semakin sering praktik, kamampuan kita pun semakin meningkat.
Semangat untuk berlatih itu kian menjadi manakala suami dan sang buah hati menghabiskan masakan kita dengan suka cita. Tak peduli sesederhana apapun masakan kita, bisa menghidangkan masakan bagi keluarga tentu menjadi kebanggaan dan sumber bahagia yang tak dapat dinilai harganya.
Berbicara tentang dapur, pernahkah mendengar istilah dapur ngebul? Sebuah ungkapan yang seringkali diterjemahkan sebagai usaha dalam mencukupi kebutuhan hidup.
Nah, sebagai seorang ibu rumah tangga yang hanya menghabiskan waktu membersamai anak dan menulis, salah satu mimpi terbesarku adalah bisa berkarya melalui tulisan yang ‘menghasilkan’.
Menjadikan menulis sebagai pekerjaan yang bisa membuat dapur ngebul nyatanya tak semudah yang dibayangkan. Masih perlu banyak belajar dan terus berlatih hingga bisa menghasilkan sebuah karya yang dilirik penerbit sekaligus diterima dengan gegap gempita oleh pasar.
Tak bisa dipungkiri, manajemen waktu yang amburadul, renjana yang naik turun, dan lemahnya konsistensi dalam menulis menjadi kendala yang berarti. Namun, bukan berarti itu semua dapat mematikan mimpi.
Seperti kata Lenang Manggala, “Barangkali, memang tidak mudah. Namun bukan berarti, tidak usah.” Maka, meski tertatih, aku terus berjalan menapaki mimpi itu. Meski kini baru mampu menuliskan karya di blog pribadi, facebook, instagram, dan antologi, bukan tidak mungkin akan lahir karya solo yang menginspirasi dari dapur mimpi ini. Suatu saat nanti.
___
#wanita&pena
#10dayschallenge
#RumbelLiterasiMedia
#10dayschallenge
#RumbelLiterasiMedia
#Day05
#komunitasonedayonepost
#odopbatch6
Keren nih mb, antung rumah ya dapur. Iya juga ya...dan dari dapur terhidang masakan yg dibuat dg peluh bercucuran dan takaran yang matematis hehe. Saya masih pemula di dapur. Kadang puas kadang biasa aja sm hasil masakan sendiri. Tapi ya dari pengalaman smuanya jadi pelajaran.
BalasHapusSemoga tercapai cita-citanya jadi penulis sambil terus mengebulkan dapur. Aamin
Aku juga pemula banget, Mbak. Aamiin allohumma aamiin. Doa terbaik juga untuk Mbak. đŸ˜‡
Hapus