 |
| Melatih Kemandirian Day 8 |
Formula Education is a discipline, dalam filosofi Charlotte Masson berarti orang tua dengan sengaja menanamkan kebiasaan-kebiasaan sebagai landasan karakter masa depan anaknya secara teratur (regulary), terencana (purposefully), dan bertahap (methodically).
Teratur berarti terus-menerus, rutin, tanpa jeda. Kebiasaan harus dibentuk lewat praktik dan latihan dalam jangka waktu tertentu, entah itu kebiasaan tubuh ataupun pikiran – dalam hal ini tidak ada bedanya antara melatih anak pandai bermain piano atau bersikap murah hati.
Terencana berarti orang tua tahu persis kebiasaan baik apa saja yang mereka ingin ajarkan pada anak supaya terwujud watak luhur yang dicita-citakan.
Bertahap berarti habbit training melewati proses maju dari ringan ke berat, sederhana ke rumit. (Ellen, 2016)
Ketiga formula tersebut saling melengkapi dalam proses melatih kemandirian Kiya. Saya sudah merasakan sendiri, betapa latihan kemandirian yang kita rencanakan, dan kita laksanakan secara teratur dapat mengeram dalam jiwa anak selamanya.
Bagi saya, perbuatan 'membuang sampah tidak pada tempatnya’ itu sangat menyebalkan. Karena dampak yang ditimbulkan sangat merugikan bagi orang lain dan lingkungan. Maka, melatih kebiasaan membuang sampah pada tempatnya sudah saya latihkan pada Kiya sejak lama, kurang lebih saat usianya hampir 2 tahun. Di mana Kiya sudah bisa saya ajak komunikasi dengan baik.
Mudah? Tentu saja tidak, butuh keteladanan tak hanya dari saya tetapi juga dari lingkungan. Karena di masa usia emas, anak begitu kritis menanggapi apa yang dilihatnya. Seperti saat ibu mencoba melatih kebiasaan Kiya membuang sampah pada tempatnya, lalu suatu ketika ia melihat orang lain membuang sampah seenaknya, reflek dia akan bertanya, dan menilai.
Oleh karena itu, kunci melatih kemandirian, menanamkan karakter baik pada anak, salah satunya adalah keteladanan dari orang terdekat, terutama orang tuanya.
Alhamdulillah, kebiasaan membuang sampah pada tempatnya kini sudah mendarah daging dalam diri Kiya. Justru dialah yang kini selalu mengingatkan keluarga, dan temannya setiap melihat pelanggaran itu terjadi.
Paling mengejutkan sekaligus membuat hati Ibu bahagia, setiap pergi ke ATM, dia merengek ikut masuk hanya untuk memunguti kertas struk transaksi yang berserakan di lantai. Tanpa kami ajarkan, tanpa kami minta, tetapi murni atas inisiatifnya sendiri.
Di hari kedelapan tantangan melatih kandirian kali ini pun Kiya menunjukkan kebiasaan baiknya dalam membuang sampah pada tempatnya.
Selepas magrib, Kiya menemani ibu berbelanja kebutuhan online shop, dan pulangnya diajak ayah mampir ke taman kota untuk melepas penat di sana. Begitu sampai di tempat, dan memilih tempat duduk sesuai keinginannya, ia langsung berkomentar, “Ih, ada sampah. Sukanya pada buang sampah sembarangan.” Raut mukanya berubah kesal dan sedih.
Namun, karena sampah yang berserakan sangat kotor dan menyatu dengan tanah, ia tak bisa memungutinya. Paling tidak ia sudah paham dan menunjukkan reaksi yang seharusnya.
Sebelum pulang, kami beberes dan mengumpulkan beberapa barang yang sudah tidak bisa dipakai, apalagi dibawa pulang. Dengan penuh kesadaran ia mengambil dan membuang sendiri ke tempat sampah, meski jarak tempat sampahnya agak jauh dari tempat kami duduk.
Alhamdulillah, semoga kebiasaan baik ini terus mengeram dalam jiwanya, dan kelak ia menjadi salah satu penggerak yang turut andil dalam melestarikan alam semesta. Aamiin. đŸ˜‡
Terima kasih untuk pelajaran hari ini, buah hatiku. đŸ˜˜
***
Sumber referensi :
Kristi, Ellen. 2016. Cinta yang Berpikir : Sebuah Manual Pendidikan Karakter Charlotte Masson. Semarang : Ein Institute.
___
#Harike-8
#Tantangan10Hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#InstitutIbuProfesional
#Tantangan10Hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#InstitutIbuProfesional
#komunitasonedayonepost
#ODOPBatch6
Posting Komentar
Posting Komentar