Pixabay |
Laksita Kirani. Wanita cekatan dengan kecantikan yang memancar, sesuai harapan orang tua yang tersemat indah dalam namanya. Meski tak lagi muda, pesonanya tak pernah pudar. Tak sedikit pria yang masih mengharapkan cintanya. Sementara hatinya, telah ia tautkan dengan sempurna di hati seorang pria. Damar Aditya Putra, yang sebulan ini telah resmi menjadi suaminya.
Puri Arsita Singopuran, Surakarta
Laksita sedang tiduran di atas ranjang. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tapi matanya belum mau terpejam. Benaknya sedang berkelana, mengaitkan kejadian-kejadian aneh yang akhir-akhir ini sedang dialaminya.
Seminggu yang lalu, ia tergesa-gesa berangkat ke kantor, sementara rumah ia tinggalkan dalam posisi berantakan. Saat pulang, rumahnya sudah rapi tanpa sedikitpun noda yang tertinggal.
Beberapa hari berikutnya, ia pergi makan di restoran. Usai makan, ia baru sadar jika dompetnya tertinggal. Namun, saat akan memberikan jaminan, ternyata sudah ada yang melunasi pesanan.
Beberapa hari berikutnya, ia pergi makan di restoran. Usai makan, ia baru sadar jika dompetnya tertinggal. Namun, saat akan memberikan jaminan, ternyata sudah ada yang melunasi pesanan.
Belum lagi kejadian-kejadian kecil di dalam rumah. Hanya dengan memikirkan dan menggumam, semua keinginannya bisa terpenuhi. Tanpa tahu siapa sosok dibalik peristiwa aneh ini.
Laksita merasa ada orang yang mengintainya. Bagaimana bisa ia tahu segala keperluanku? Siapa pelakunya? Di mana keberadaannya? Hiii … Laksita bergidik ngeri.
“Ah, perutku sudah lapar lagi.” Laksita mengelus perutnya yang berbunyi. Ia berjalan ke dapur. Tak ada makanan tersisa di sana. Dilongoknya almari es dan buffet tempat menyimpan persediaan bahan makanan. Berharap ada yang bisa diolahnya jadi hidangan. Semua kosong.
Kenapa akhir-akhir ini aku sering kelaparan? Baru dua jam yang lalu makan malam, sekarang sudah keroncongan. Hmmmhhh … andaikan Damar ada di sini, sudah pasti dia akan membelikan nasi goreng favoritku dengan suka hati. Ia bergumam.
Laksita kembali ke kamar dengan sebotol air putih di tangan. Direbahkannya tubuh ke pembaringan, memaksa matanya untuk terpejam.
Dua puluh lima menit berlalu, ia masih tegaja dalam sunyi. Diraihnya remote untuk menyalakan televisi. Barangkali suara riuh dari kotak ajaib itu mampu menjadi pengantar tidurnya malam ini.
Tepat di menit ketiga puluh, saat rasa kantuk mulai menyergapnya, terdengar suara pintu diketuk. Pukul sepuluh. Siapa yang bertamu malam-malam begini? Batin Laksita kesal.
Dengan santai ia melangkah ke depan. Dari layar cctv dilihatnya kurir gojek di balik pintu. Aroma nasi goreng favoritnya menyeruak ke dalam sela-sela indera penciuman tatkala pintu dibuka.
Tanpa penjelasan mengenai pengirim bingkisan, sang pengantar segera berlalu dari pandangan. Laksita masuk ke dalam rumah.Ia duduk terdiam kursi makan setelah memastikan pintu dan jendela rumah terkunci aman. Dipandangnya sebungkus nasi goreng yang ia letakkan di atas meja.
Siapa pengirimnya? Bagaimana ia bisa tahu apa isi hati dan keinginanku? Ia menyapukan pandangan ke seluruh sudut ruangan. Sepi, hanya ada dia sendiri. Aku takut memakannya, tapi aku lapar. Dengusnya kesal.
***
Yeouido Park Centre, Pukul 00.10 KST
Damar baru akan merebahkan tubuhnya ke pembaringan. Belum sempat ia letakkan, gawainya berdering. My Lovely, nama yang tertera di layar.
Diambilnya headset untuk memulai percakapan. “Assalamualaikum. Malam sa … yang ….” Belum sempat ia selesaikan salam, suara di seberang sudah memberondongnya dengan cerita panjang.
“Mas, beneran. Kali ini dengerin aku deh. Aku gak bohong, Mas. Mas masih ingat ceritaku tentang pengintai beberapa waktu lalu kan? Ah, Mas pasti ingat. Aku kan sudah berkali-kali bercerita tapi kamu tidak pernah percaya,” ucap Laksita di seberang telepon.
“Mas, kali ini kamu harus percaya. Aku benar-benar takut, Mas. Barusan nih ya, aku kan lapar, pengen nasi goreng. Eh, nggak berapa lama ada Bapak Gojek nganterin nasi goreng Misdi favorit aku itu ke sini. Padahal yang tahu makanan favoritku kan cuma kamu, Mas.” Laksita belum puas bercerita. “Mas, aku takut. Siapa ya, Mas. Orang yang tega memata-matai aku seperti ini?”
Sementara Damar mendengarkan cerita istrinya dengan saksama. Sesekali ia tertawa geli melihat ekpresi ketakutan istrinya yang tampak mondar mandir dari layar pengintai yang terpasang di kamarnya.
___
#KelasFiksiOdop6
#OneDayOnePost
#TantanganFantasi
#Fiksi
Serem yaa, stalker...
BalasHapusHihihiii ... Iya, kak. Lebih ke menjaga sih sebenarnya. 😊
Hapus